Jakarta, Wartanelayan.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sinergi lintas sektor untuk mendorong produk tilapia Indonesia agar dapat bersaing di pasar global. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah melalui program revitalisasi tambak di wilayah Pantura Jawa Barat, yang diharapkan menjadi motor penggerak utama bagi budidaya tilapia berkelanjutan sebagaimana rilis yang didapatkan tim media, Senin (1/9/2023)
Dalam upaya mendukung peningkatan produksi dan perluasan pasar tilapia, KKP turut serta dalam pelaksanaan Outlook Tilapia Indonesia 2025 yang bertemakan “Budidaya Ramah Lingkungan & Hilirisasi Tilapia Perluas Pasar Global”. Acara ini diselenggarakan di Kantor KKP pada hari Kamis, 28 Agustus lalu.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, KKP tidak hanya ingin tilapia Indonesia dikenal dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitasnya. “Aspek keberlanjutan, keamanan pangan, dan branding akan terus kami dorong bersama seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya dalam siaran resmi yang dikeluarkan di Jakarta, Sabtu (30/8).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Kemenko Pangan, asosiasi, pelaku usaha, akademisi, serta pemerintah daerah. Fokus utama pembahasan adalah langkah-langkah strategis, termasuk program revitalisasi tambak Pantura, penerapan budidaya ramah lingkungan, peningkatan mutu induk dan benih, sertifikasi, penguatan branding, hingga stabilisasi harga hasil panen.
Dirjen Tebe menjelaskan bahwa terdapat sekitar 78.550 hektare tambak yang tidak produktif selama lebih dari 30 tahun. Tambak-tambak ini masih dikelola secara tradisional tanpa tandon dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sehingga produktivitasnya rendah, hanya sekitar 0,6 ton/ha/tahun. Melalui revitalisasi, KKP menargetkan pengelolaan 20.000 hektare tambak modern dengan konsep integrasi dan keberlanjutan. Program ini mencakup pembangunan tandon, IPAL, rekonstruksi kolam, penggunaan benih unggul, pakan berkualitas, serta pemanfaatan teknologi terkini.
Direktur Ikan Air Laut, Ikhsan Kamil, menambahkan bahwa program revitalisasi akan berfokus pada Budi Daya Terintegrasi (Integrated Tilapia Farming), yang mencakup hulu, on farm, dan hilir dalam satu ekosistem yang terintegrasi. Program ini akan dilaksanakan melalui kolaborasi dengan sektor swasta, pemerintah daerah, masyarakat penggarap, dan industri pendukung. Setiap kabupaten akan dikembangkan melalui sistem kluster budidaya modern dan mandiri, dilengkapi dengan industri hulu dan hilir seperti hatchery untuk penyediaan benih unggul, pabrik pakan, pabrik pengolahan, cold chain facilities, dan industri lainnya. “Target luasan per klaster ±1000 ha,” jelasnya.
Revitalisasi ini juga akan memacu pertumbuhan industri terkait, seperti penyediaan induk, sarana budidaya (plastik HDPE, kincir, pompa, pakan, obat-obatan), serta dukungan industri hilir untuk memperluas pasar ekspor dan memperkuat konsumsi domestik.
Program revitalisasi ini akan menerapkan manajemen berbasis teknologi terkini, seperti silo autofeeder, wave-breaker, dan root blower. Tahapan budidaya akan dilakukan mulai dari pendederan awal (0,2–5 gr), pendederan akhir (5–100 gr), hingga pembesaran (100–1.000 gr).
Revitalisasi tambak ikan di Pantura Jawa Barat ini dilaksanakan pada areal yang skema pengelolaannya berupa Kawasan Hutan untuk Ketahanan Pangan (KHKP) sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 274 Tahun 2025, dengan total luas 20.413,25 hektare yang tersebar di 4 kabupaten di Jawa Barat, yaitu Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu.
Ketua Asosiasi Tilapia Indonesia (ATI), Alwi Tunggul Prianggolo, menegaskan bahwa revitalisasi tambak Pantura menjadi momentum penting untuk memperkuat nila sebagai komoditas industri. “Kami mendorong agar hasil panen diarahkan ke industri pengolahan sehingga menghasilkan fillet berdaya saing global, dengan tetap melibatkan pembudidaya lokal,” ujarnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono, sebelumnya telah menegaskan bahwa program revitalisasi tambak Pantura diyakini mampu menggeliatkan ekonomi masyarakat sekaligus memperkuat posisi nila salin sebagai komoditas bernilai tinggi di pasar domestik maupun global.
Penekanan Nasionalisme:
Program revitalisasi tambak Pantura ini adalah wujud nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan dan teknologi modern, Indonesia berupaya untuk menjadi pemain utama dalam pasar tilapia global, sekaligus meningkatkan daya saing produk perikanan dalam negeri.
Laporan: Joshua

